• Edi Junaedi, S.Pd.I
  • Agama
  • 2019-06-15 10:38:03
7 Kenyataan Setelah Bulan Ramadhan

7 KENYATAAN SETELAH BULAN RAMADHAN

Ada sebuah perkataan yang disimpulkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dalam Lathaif Al-Ma’arif dan  Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim dari tafsir surat Al-Lail, juga kaedah ini disampaikan oleh ulama lainnya. Mereka berkata,

????? ???? ??????? ?????????? ?????????? ?????????? ??????? ???? ??????? ???????????? ???????????? ?????????

“Sesungguhnya di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

Berarti tanda suatu amalan itu diterima adalah kalau dilanjutkan dengan kebaikan selanjutnya dan tanda suatu amalan tidak diterima (dinilai jelek) adalah jika dilanjutkan dengan kejelekan selanjutnya.

Untuk bulan Ramadhan, jika amalan di bulan tersebut diterima, berarti setelah Ramadhan diikuti dengan kebaikan. Tanda amalan tersebut tidak diterima adalah jika setelah Ramadhan malah yang ada kejelekan atau amalan kebaikan malah jadi hilang.

 

Dari penjelasan di atas, kami akan menjelaskan suatu kenyataan. Kita akan temukan 7 kenyataan yang menunjukkan keadaan kebanyakan kaum muslimin setelah Ramadhan.

 

Kenyataan pertama:

Malas mengerjakan shalat lima waktu, lebih-lebih lagi untuk shalat Shubuh karena ba’da Ramadhan tidak lagi punya kebiasaan makan sahur.

Padahal shalat adalah suatu kewajiban yang mesti diperhatikan. Karena tegaknya bangunan Islam dilihat dari apakaha shalat lima waktu didirikan ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

?????? ??????????? ????? ?????? ????????? ???? ??? ?????? ?????? ??????? ??????? ?????????? ???????? ??????????? ????????? ?????????? ?????????? ?????????? ??????? ????????? ???????? ?????????

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari, no. 8; Muslim, no. 16)

Kalau shalat tidak ada, hancurlah bangunan Islam. Sehingga kalau shalat benar-benar diperhatikan berarti tegaklah bangunan Islam.

Terkhusus lagi shalat Shubuh jika dijaga dengan baik, maka akan terselamatkan dari sifat kemunafikan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

?????? ??????? ??????? ????? ?????????????? ???? ??????? ???????? ??????????? ? ?????? ??????????? ??? ???????? ???????????? ?????? ???????

Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657).

 

Kenyataan kedua:

Masjid mulai sepi bahkan tidak sedikit yang tidak ada kumandang azan. Parahnya lagi setelah Ramadhan, ada masjid yang hanya menjadi sarang kotoran hewan (cicak, dll)

 Perhatikanlah bahwa shalat berjama’ah itu sangat ditekankan sekali bagi kaum pria. Yang buta saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menyuruhnya berjama’ah di masjid.

Ceritanya ada seorang laki-laki buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke masjid’. Kemudian pria ini meminta pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberi keringanan untuk shalat di rumah. Pada mulanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi dia keringanan. Namun, tatkala dia hendak berpaling, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya lagi lantas berkata,

???? ???????? ?????????? ????????????

Apakah engkau mendengar azan ketika shalat?

Laki-laki buta tersebut menjawab, “Iya.”

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

????????

Penuhilah panggilan azan tersebut.” (HR. Muslim, no. 653)

Lihatlah laki-laki yang buta saja tetap diwajibkan shalat berjama’ah. Bagaimana dengan kita dalam keadaan sehat badan dan penglihatan pun masih normal?

 

Kenyataan ketiga:

Shalat malam sudah enggan, padahal di bulan Ramadhan kita menjadi orang yang gemar shalat tarawih.

 

Harusnya setelah Ramadhan menjadi orang yang semangat terus menjaga shalat malam atau giat melakukan shalat tahajud (shalat malam setelah bangun tidur).

Coba perhatikan ada orang yang tidurnya sampai Shubuh itu tiba, ia tidak bangun untuk shalat malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencelanya ketika itu dengan mengatakan,

?????? ???????????? ????? ??? ??????????

Demikianlah setan telah mengincingi kedua telinganya.” (HR. An-Nasa’i, no. 1609; Ibnu Majah, no. 1330. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 640 mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Untungnya setan adalah makhluk ghaib yang kencingnya pun tidak bisa kita lihat. Bayangkan jika kencing itu diwujudkan seperti kencing anak-anak kita?

 

Juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela pula orang yang dahulu rajin shalat malam, namun sekarang ia meninggalkannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,

??? ?????? ??????? ? ??? ?????? ?????? ??????? ? ????? ??????? ????????? ???????? ??????? ?????????

Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si A. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (HR. Bukhari, no. 1152)

 

Kenyataan keempat:

Puasa sunnah sudah tidak mau dikerjakan karena merasa cukup dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.

 

Padahal puasa Ramadhan perlu disempurnakan dengan puasa sunnah. Biar kekurangan yang ada pada puasa wajib bisa ditutup dengan puasa sunnah. Salah satu puasa yang bisa dilakukan adalah puasa Syawal sebanyak enam hari.

Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

???? ????? ????????? ????? ?????????? ?????? ???? ???????? ????? ????????? ?????????

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164)

Puasa ini bisa dilakukan di awal, pertengahan atau di akhir. Puasa ini bisa pula dilakukan berturut-turut atau tidak. Yang penting enam hari tersebut dikerjakan di bulan Syawal.

 

Kenyataan kelima:

Al-Qur’an ditinggalkan, dengan tidak dibaca, tidak dihafalkan atau tidak direnungkan dan digali maknanya.

 

Sebagaimana perkataan Nabi yang ada dalam Al-Qur’an,

??????? ?????????? ??? ????? ????? ??????? ?????????? ?????? ?????????? ??????????

Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa di antara makna ayat di atas adalah tidak mau mendengarkan Al-Qur’an. Dalam Zad Al-Masir karya Ibnul Jauzi di antara pendapat Ibnu ‘Abbas dan Maqatil tentang ayat di atas bahwa Al-Qur’an tidak diperhatikan dan tidak diimani lagi.

 

Kenyatan keenam:

Lisan, mata, dan pendengaran sulit lagi dijaga.

 

Kenyataan ketujuh:

Maksiat kembali berulang selepas Ramadhan.

 

Allah Ta’ala menyatakan,

????? ????????? ??????????? ???????????? ????? ????????? ????? ?????? ??????????

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36). Kata Ibnu Katsir, kesemuanya akan ditanya, lalu ditanya pula apa yang dilakukan oleh pendengaran, penglihatan dan hati tersebut.

Moga 7 kenyataan yang disebutkan tersebut dapat kita hindari. Jangan sampai amlan baik Ramadhan, malah diikuti dengan maksiat setelah itu. Harusnya setiap amal baik diikuti dengan amal baik setelah itu.

Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta’ala agar senantiasa memberikan kita petunjuk dan taufik untuk tetap beramal shalih selepas Ramadhan ini. Moga kita terhindar dari kenyataan jelek sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas.

Moga amalan kita di bulan Ramadhan yaitu amalan shalat malam, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan lainnya diterima oleh Allah. Moga kita diberi keistiqamahan serta diberi keistimewaan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya.


Sumber https://rumaysho.com/13903-7-kenyataan-setelah-ramadhan.html

Add comment

Jl.Lingkar Utara Bekasi Kel. Perwira Kec. Bekasi Utara (sebelah BSI Kaliabang) Raya Bekasi KM.27 Pondok Ungu

Email : admin@smktarunabangsa.sch.id

Pengumuman

© 2024 SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi. All Rights Reserved.